Yoghurt yang kita kenal sekarang ini ternyata memiliki sejarah yang
sangat panjang. Yoghurt merupakan salah satu produk fermentasi dengan
rasa asam dan manis. Di beberapa negara yoghurt dikenal dengan nama
yang berbeda-beda, misalnya Jugurt (Turki), Zabady (Mesir, Sudan),
Dahee (India), Cieddu (Italia), dan Filmjolk (Skandinavia).
Yoghurt
mengandung bakteri hidup sebagai probiotik, yaitu mikroba dari makanan
yang menguntungkan bagi mikroflora di dalam saluran pencernaan. Sejauh
ini jenis probiotik yang paling umum adalah bakteri asam laktat dari
golongan Lactobacillus bulgaricus, Streptococcus themophilus, dan Lactobacillus casei.
Konsep
probiotik sudah dikenal sejak 2000 tahun lalu. Konon sejarahnya,
pedagang dari Turki membawa susu dalam kantong usus domba sebagai bekal
perjalanan. Karena terkena terik matahari dan dinginnya udara gurun
lama-kelamaan susu berubah menjadi gumpalan padat. Rasanya pun berubah,
menjadi asam tapi sangat menyegarkan.
Di India, sejak dahulu
yoghurt dimanfaatkan sebagai obat sakit perut. Disebutkan pula bahwa
masyarakat Timur Tengah sudah akrab dengan yogurt sejak 4.000 tahun yang
lalu. Sejak berabad silam pun, perempuan Persia menggunakan yoghurt
untuk masker yang bermanfaat menunda pengeriputan. Sampai sekarang pun
manfaat ini masih bisa dirasakan.
Baru sejak awal abad ke-19
manfaat yoghurt bisa dibuktikan secara ilmiah oleh Ilya Metchnikoff,
seorang ilmuwan Rusia yang bekerja di Institut Pasteur, Paris.
Metchnikoff mendapatkan, bangsa Bulgaria yang mempunyai kebiasaan
mengonsumsi yoghurt (susu fermentasi) tetap sehat dalam usia lanjut.
Sejak
saat itu berbagai kajian mengenai manfaat susu fermentasi terus
diteliti. Metchnikoff sendiri akhirnya diberi penghargaan Nobel dan
sejak saat itu produk susu fermentasi terus dikembangkan.
Susu
fermentasi diketahui mengandung bakteri asam laktat yang mampu
meningkatkan kerja enzim galaktosidase yang memudahkan pencernaan
laktosa dalam usus, meningkatkan kualitas nutrisi, menurunkan kadar
kolesterol darah, mencegah kanker dan mengatasi diare.