Masalah konstipasi jangan dianggap remeh. Tak hanya bikin perut tak
nyaman karena seperti menampung sampah dalam usus, masalah pencernaan
ini juga bisa menimbulkan komplikasi seperti maag, wasir, bahkan kanker
usus besar. Untuk itu Anda perlu mengatur pola makan dengan banyak
serat, serta olahraga teratur. Mengonsumsi yogurt juga dapat membantu
mengatasi sembelit.
Namun jangan sembarangan memilih yogurt
untuk mengatasi sembelit. Salah memilih yogurt membuat upaya pencegahan,
apalagi pengobatan, menjadi tidak optimal.
Dr Regina Karim, Health Marketing Director dari Danone, menyarankan untuk memilih yogurt dengan dua kriteria, yakni:
1. Masa kedaluarsa kurang dari tiga bulan
Yogurt
yang baik mengandung bakteri hidup. Bakteri inilah yang akan bekerja
mengatasi masalah konstipasi. Lama hidup bakteri baik ini tidak lebih
dari tiga bulan. Jadi jika Anda menemui yogurt dengan masa kedaluarsa
sudah lebih dari tiga bulan, bakteri baik di dalamnya sudah tidak
bekerja maksimal, atau bukan bakteri hidup yang dibutuhkan mengatasi
masalah pencernaan.
2. Bukan produk UHT
Produk
Ultra-High Temperature (UHT) merupakan produk yang dipanaskan, atau
makanan yang melewati proses sterilisasi dengan suhu tinggi dalam jangka
waktu tertentu. Produk UHT akan menyebabkan bakteri baik tersebut mati.
Padahal, dibutuhkan bakteri hidup untuk mengatasi konstipasi.
"Sebaiknya
konsumsi yogurt teratur dua kali sehari selama dua minggu, sebagai
pengobatan sembelit. Lebih baik lagi sebagai pencegahan, dengan rutin
mengonsumsinya setiap hari. Yogurt dengan bakteri hidup aman dikonsumsi
setiap hari," jelas dr Regina kepada Kompas Female, dalam acara pencatatan rekor MURI untuk "1.000 Perempuan Makan Yogurt Bersama" yang diselenggarakan oleh Activia beberapa waktu lalu.
Menurut
dr Regina, rutin mengonsumsi yogurt juga tidak akan menimbulkan diare.
Bahkan, katanya lagi, orang yang mengalami intoleransi laktosa aman
makan yogurt. Orang yang mengalami intoleransi laktosa cenderung
mengalami diare ketika minum susu, karena tubuhnya tidak bisa menyerap
laktosa.
No comments:
Post a Comment